Berita Kampus
Tantangan Eksplorasi Rare Earth Element (REE) di Indonesia

Published by: Universitas Pertamina 23 April 2024
Di baca: 53 kali
Universitas Pertamina (UPER) kembali mengadakan webinar inspiring lecture yang merupakan agenda dari Mata Kuliah Cipta Karsa. Kali ini webinar yang diselenggarakan mengusung topik “Tantangan Eksplorasi Rare Earth Element (REE) di Indonesia”, dengan narasumber Dr. Iwan Setiawan, Geoscientist di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dilansir dari americangeosciences.org, Rare Earth Element (REE) atau unsur tanah jarang didefinisikan sebagai sekumpulan 17 unsur logam. REE juga termasuk memiliki 15 lantanida pada tabel periodik ditambah skandium dan itrium. Elemen-elemen ini yang juga dikenal sebagai logam tanah jarang atau tanah jarang, memiliki beragam aplikasi dalam komponen listrik dan elektronik, laser, kaca, bahan magnetik, dan proses industri. 

Iwan menambahkan bahwa elemen tanah jarang termasuk skandium dan yttrium dan ditemukan dalam mineral dengan thorium dan lebih jarang uranium. Beberapa tahun belakangan ini, unsur-unsur tersebut sangat penting untuk berbagai bahan berteknologi tinggi seperti baterai, ponsel pintar, dan teknologi militer. Secara historis, dalam skala global Tiongkok memegang pangsa produksi unsur tanah jarang yang signifikan, sehingga menimbulkan kekhawatiran yang dikenal sebagai "Krisis Tanah Jarang". 

Pada tahun 2019 silam, Badan Geologi sudah melakukan eksplorasi unsur tanah jarang di sejumlah daerah di Indonesia. Kegiatan eksplorasi tersebut dikerjakan dalam beberapa tahun terakhir di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa. Berdasarkan data yang terhimpun hingga tahun 2019, tergambar sumber daya hipotetik di sejumlah pulau tersebut. “Sebetulnya eksplorasi REE ini sudah menjadi konsentrasi Pak Jokowi sejak tahun 2015 silam,” jelas Iwan.

Komoditas tambang unsur tanah jarang ini memiliki peran strategis dalam pengembangan industri pertahanan berteknologi tinggi di Indonesia. “Ada banyak potensi cadangan mineral yang belum ditemukan termasuk REE di Indonesia dari Sumatera-Papua”, ucap Irwan. Di sisi lain, Indonesia juga  belum memiliki teknologi yang secanggih negara lain dalam melakukan proses eksplorasinya. Dalam ini, sehingga dibutuhkan kolaborasi secara global antara para pemangku kepentingan untuk membangun sumber daya REE. [NA]


Thumbnail

Tinggalkan Balasan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

© 2021 Universitas Pertamina.
All Rights Reserved