Berita Energi
Kurangi Tekanan Subsidi Energi di APBN dengan Beralih ke EBT

Published by: koran-jakarta.com 30 July 2022
Di baca: 3 kali
JAKARTA - Risiko dari eksternal akan menjadi tantangan bagi penyusunan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023. Beberapa risiko eksternal itu antara lain kenaikan harga komoditas energi, tekanan inflasi di luar negeri, serta penurunan pertumbuhan ekonomi global.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Vid Adrison, dalam keterangan resmi Kemenkeu mengenai konsultasi publik RUU APBN Tahun Anggaran 2023 yang diterima di Jakarta, Selasa (26/7), mengatakan berbagai risiko tersebut berpotensi menekan fiskal dengan kenaikan subsidi.

Tantangan eksternal juga berpotensi menyebabkan penurunan terhadap basis penerimaan pajak serta kenaikan dari sisi belanja. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk membantu mengurangi pressure terhadap anggaran adalah melalui efisiensi.

Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Imron Mawardi, mengatakan untuk mengatasi tekanan inflasi, pemerintah perlu fokus pada sektor energi mengingat RI berstatus sebagai net importer energi.

Kondisi tersebut, jelas Imron, bisa diantisipasi dengan cara meningkatkan transportasi massal demi menghemat cadangan energi, serta peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) seperti energi surya yang bisa menjadi solusi dari kenaikan harga energi.

"Saya kira yang harus diwaspadai pemerintah ke depan itu ialah energi. Itu yang harus diperhatikan karena di masa mendatang ada peningkatan kebutuhan energi yang besar, sementara produksi energi stagnan," kata Imron.

Hal itu berarti cukup sulit untuk mengupayakan kenaikan produksi yang signifikan. Sementara, selama ini Indonesia masih menjadi net importer energi. Maka dalam mengantisipasi kenaikan harga energi bisa dilakukan dengan cara meningkatkan produksi energi alternatif seperti tenaga surya, juga meningkatkan pemanfaatan transportasi massal untuk menurunkan penggunaan BBM pada kendaraan pribadi.

"Hal itu yang masih mungkin dilakukan, mengingat kita memiliki competitive advantage sebagai negara tropis dengan sinar matahari yang melimpah," kata Imron.

Sementara itu, Pengajar dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Dian Puji Simatupang, mengatakan selain faktor eksternal, RAPBN 2023 juga memiliki tantangan tersendiri karena tahun depan defisit harus kembali ke maksimal tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Terlebih lagi, ia menjelaskan proses penyusunan defisit APBN 2023 kembali ke tiga persen terhadap PDB juga terjadi di tengah kondisi perekonomian global yang masih turbulensi.

Pengaruh Global

Pada kesempatan lain, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, mengatakan perekonomian Indonesia memang sangat terpengaruh variabel global.

"Semakin kita tergantung dengan dunia global maka semakin besar pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia. Artinya, jika global economy mengalami perlambatan akibat inflasi dan resesi maka perekonomian Indonesia pun berpeluang terjadi resesi dan inflasi juga," kata Esther.

Sebagai solusinya, Indonesia, kata Esther, harus mampu mendatangkan capital inflow ke Indonesia melalui investasi dan eskpor.

"Pemerintah harus menarik sebanyak-banyak investasi asing ke Indonesia dan meminta investor membangun pabrik atau perusahaan di Indonesia. Selain untuk mendatangkan devisa dalam bentuk valuta asing (valas), upaya itu juga membuka peluang pekerjaan bagi tenaga kerja di Indonesia.

Di sisi lain, Indonesia harus meningkatkan nilai tambah ekspor komoditas dengan mengirim bahan jadi, bukan bahan baku.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Achmad Maruf, mengatakan kondisi ekternal saat ini menjadikan ekonomi Indonesia berbiaya tinggi.

"Implikasinya pada defisit fiskal, lalu tarikan kepentingan yang tak bisa dihindari yakni subsidi," kata Maruf.

APBN 2023, katanya, menghadapi tekanan politik dan fiskal. Secara politik, sulit untuk mengurangi subsidi, tapi fiskal menuntut pemerintah tetap memperhatikan subsidi.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S
Thumbnail

Tinggalkan Balasan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

© 2021 Universitas Pertamina.
All Rights Reserved