Berita Kampus
Kisah Thalhah Bin Ubaidillah Bodyguard Rasulullah Saw Di Perang Uhud

Published by: Universitas Pertamina 13 August 2022
Di baca: 140 kali
Jakarta, 13 Agustus 2022 - Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Majelis Ilmu Remaja Agama Islam (MIRAI) Universitas Pertamina menggelar kembali kajian bulanan yang mengusung tema "Kisah Thalhah bin Ubaidillah Bodyguard Rasulullah SAW di Perang Uhud", yang disampaikan oleh narasumber Ustadz Saifullah Ifhul.

Menurut kisah, Ustadz Saifullah Ifhul menjelaskan, Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga, dan termasuk orang-orang golongan pertama masuk Islam. Thalhah bin Ubaidillah Attaymi Alqurosyi lahir 28 tahun sebelum hijrah (594 M). Sahabat Nabi Muhammad SAW berusia 28 tahun tersebut dikenal sebagai pribadi cerdik, pemurah, dan dermawan. 

Selain itu, beliau merupakan seorang pemuda Quraisy yang memilih profesi sebagai saudagar muda dan memiliki kelebihan dalam strategi berdagang hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua. Ditengah kesibukan beliau menjadi saudagar kaya, beliau tidak melupakan kewajibannya sebagai hamba Allah, dimana beliau merupakan salah satu penghafal Al-Quran dari kalangan para sahabat dan penulis wahyu di zaman Rasulullah SAW.

Dibalik kisah kesuksesan Thalhah bin Ubaidillah di dunia maupun akhirat, ternyata banyak cobaan yang beliau hadapi terutama saat keputusannya untuk menjadi muslim selain meninggalkan profesinya, beliau juga banyak mendapatkan tekanan dan penyiksaan dari keluarga dan kaumnya, namun semua itu tidak membuatnya surut, melainkan makin besar bakti dan perjuangannya dalam menegakkan Islam.

Salah satu bukti perjuangan beliau dalam menegakkan Islam yaitu selalu membersamai Rasulullah SAW dalam berbagai peperangan salah satunya Perang Uhud. Perang Uhud merupakan perang yang terjadi antara Kaum Muslim dan Kaum Quraisy.

Perang Uhud terjadi pada tanggal 23 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Tentara Islam berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW, sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.

Dalam perang Uhud, Thalhah bin Ubaidillah yang melindungi Rasulullah SAW, bahkan ia rela tertancap anak panah yang diarahkan ke Rasulullah SAW, sehingga dijuluki "Burung elang hari Uhud". Peristiwa Perang Uhud ini tercatat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Thalhah bin Ubaidillah Attaymi Alqurosyi wafat 36 hijriyah (656 M).

Pada saat peperangan tersebut, sahabat Rasulullah SAW mengira jika Thalhah bin Ubaidillah telah meninggal dunia, ternyata beliau hanya tidak tersadarkan diri. Berdasarkan itu, Rasulullah SAW bersabda "Barangsiapa yang suka melihat seorang syahid berjalan di muka bumi, maka lihatlah Thalhah". Hadits ini mengisyaratkan apa yang telah difirmankan Allah azza wa jalla, "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)."(QS Al-Ahzab: 23).

"Ini merupakan suatu kemuliaan Thalhah bin Ubaidillah dimana Rasulullah SAW telah memberitahukan bahwa beliau termasuk orang yang telah ditentukan kesyahidannya pada saat beliau masih hidup dan menunggu-nunggu sesuatu yang telah dijanjikan oleh Allah SWT", Jelas Ustadz Saifullah Ifhul.

Berdasarkan kisah tersebut, di penghujung acara Ustadz Saifullah Ifhul menyampaikan hikmah yang dapat diambil dari kisah perjuangan Thalhah bin Ubaidillah.
1. Memberikan pelajaran penting bagi kita semua, terutama tentang kedisiplinan, patuh terhadap perintah dan tidak tergiur dengan harta benda, karena penyebab kekalahan umat Islam pada perang tersebut adalah karena ketiga hal itu.
2. Jangankan dalam kondisi perang, dalam kondisi biasa pun yang namanya kedisiplinan dan kepatuhan pada pimpinan sangat diperlukan jika ingin mencapai tujuan, terutama dalam sebuah organisasi, perkumpulan, lembaga dan berbagai hal lainnya.
3. Jika sudah tidak ada lagi kedisiplinan dan kepatuhan, maka sangat mustahil untuk mendapatkan tujuan bersama yang hendak dicapai secara maksimal. 

Muhammad Abdul Aziz, Ketua MIRAI UP menuturkan pesan dan kesan terhadap kajian bulanan ini. "Menurut saya sebagai Ketua MIRAI UP, kajian bulanan ini sangat bagus untuk terus meningkatkan iman dan takwa mahasiswa Islam dikarenakan rutin dilaksanakan setiap bulan, dimana pembahasannya juga dikaitkan dengan mahasiswa agar lebih tertarik untuk mengikuti kajiannya. Lebih dari itu, harapan saya untuk kajian bulanan ini dapat segera dilaksanakan secara luring agar lebih membangun suasana kajian Islam yang lebih dekat". [NA]

Thumbnail

Tinggalkan Balasan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

© 2021 Universitas Pertamina.
All Rights Reserved