Berita Energi
Harga Energi Meroket, Investasi Migas Malah Tertekan

Published by: Bisnis.com 01 September 2022
Di baca: 6 kali


Bisnis.com, JAKARTA — Rasio investasi perusahaan minyak dan gas dunia dinilai masih tertekan cukup dalam kendati memetik untung besar dari reli harga energi dunia saat ini. “Kenaikan profit karena harga minyak yang diterima oleh perusahaan minyak dunia ternyata tidak menaikkan investment ratio,” kata Plt. 

Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Mohammad Kemal saat dihubungi, Selasa (30/8/2022). 

Mengutip RystadEnergy, Kemal mengatakan, rasio investasi sebelum periode pandemi Covid-19 berada di angka 50 persen hingga 70 persen. Angka itu susut cukup dalam di posisi 27 persen dari profit yang diperoleh perusahaan tahun ini. 

Menurut Kemal, arus kas bebas atau free cash flow yang didapat perusahaan minyak kelas kakap banyak dialihkan untuk membayar hutang dan dividen kepada pemegang saham. “Hal ini kemungkinan dipicu oleh dugaan kenaikan harga saat ini hanya berjangka pendek ataupun diduga akan terjadi krisis sehingga mereka segera melakukan pembayaran utang,” kata dia. 

Di sisi lain, SKK Migas melaporkan torehan investasi pada kegiatan hulu Migas nasional baru mencapai US$4,8 miliar atau setara dengan Rp71,93 triliun (kurs Rp14.986) pada semester I/2022. 

Torehan itu relatif kecil lantaran target yang dipatok pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 mencapai US$13,2 miliar atau lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi lifting minyak hingga Juni 2022 tercatat sebesar 616.600 barel per hari. 

Capaian itu tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan target lifting minyak pada APBN 2022 sebesar 704.000 barel per hari. “Kami terus mendorong KKKS untuk melakukan peningkatan kegiatan. 

Untuk pemboran pengembangan pada tahun 2020 hanya mencapai 240 sumur, tahun 2021 sebanyak 480 sumur maka tahun ini akan berada di kisaran 800 sumur,” kata dia. Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan harga minyak mentah dunia akan tetap berfluktuasi di kisaran US$100 per barel hingga 2024 mendatang. 

Situasi itu, kata Luhut, bakal memberatkan Indonesia yang mesti mengimpor 750 ribu barel minyak setiap harinya untuk kebutuhan domestik. “Dunia masih dihadapkan perang Rusia dan Ukraina harga minyak ini pun akan masih berfluktuasi di atas US$100 per barel dan itu akan berat buat kita dan seluruh dunia akan mengalami,” kata Luhut saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Selasa (30/8/2022). 

Malahan, kata Luhut, sentimen penguatan harga minyak mentah itu belakangan turut dipengaruhi oleh ketatnya pasokan dari sejumlah produsen utama. Manuver itu diproyeksikan akan menahan harga minyak tetap di kisaran US$100 pada 2024 mendatang. 

“Tadi misalnya cadangan minyak Amerika Serikat dikurangi 3 juta barel, cadangan strategisnya dan itu mengindikasikan ke market bahwa harga crude oil itu masih bisa naik ke depan,” tuturnya. 

Berdasarkan proyeksi Kemenko Marves, harga minyak mentah jenis Brent akan tetap bertengger di posisi US$100 per barel hingga akhir 2022. Selanjutnya harga minyak mentah itu diperkirakan terkoreksi tipis ke angka US$92 per barel. Pada 2024 mendatang, harga minyak mentah Brent diproyeksikan berada di posisi US$80 per barel.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Harga Energi Meroket, Investasi Migas Malah Tertekan", Klik selengkapnya di sini: https://ekonomi.bisnis.com/read/20220831/44/1572385/harga-energi-meroket-investasi-migas-malah-tertekan.
Author: Nyoman Ary Wahyudi
Editor : Rayful Mudassir

Thumbnail

Tinggalkan Balasan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

© 2021 Universitas Pertamina.
All Rights Reserved